Senin, 02 Januari 2012

Historiografi islam dalam betntuk khobar analistik dll

BAB I Pendahuluan 1. Latar belakang Historiografi Islam adalah penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang Islam baik kelompok maupun perorangan dari berbagai aliran dan didalam masa tertentu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan perkembangan konsep sejarah baik di dalam pemikiran maupun di dalam pemikiran maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi yang dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah. Kebanyakan karya-karya banyak ditulis dalam bahasa Arab, namun banyak pula yang berbahasa lain seperti Persia dan Turki. Historiografi Islam terkait erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan agama Islam, dan kedudukan sejarah di dalam pendidikan Islam telah memberikan pengaruh yang menentukan tingkat intelektual penulisansejarah. Hal-hal yang mendorong perkembangan pesat bagi penulisan sejarah Islam adalah: 1. Konsep Islam sebagai agama yang mengandung Sejarah. Nabi telah menyediakan suatu kerangka bagi suatu wadah sejarah yang amat luas untuk diisi dan ditafsirkan oleh parasejarawan. 2. Adanya kesadaran sejarah yang dipupuk oleh Nabi Muhammad. Kesadaran sejarah yang besar menjadi pendorong untuk penelitian dan penulisan sejarah. Pada awalnya informasi disampaikan secara Lisan. Kemudian metode penyampaian lisan ini , dilengkapi dengan catatan tertulis yang tidak dipublikasikan , yaitu semacam pelapor catatan. Sebagian besar karya-karya Islam terdahulu banyak yang hilang. B. Rumusan masalah: Bentukuk-bentuk dasar historiografi: 1. Khabar 2. Bentuk analistik 3. Historiografi Dinasti 4. Pembagian Thabaqat 5. Nasab Bab II Pemabahasan 1. Khabar Di dalam konteks karya sejarah yang lebih luas perkataan khabar sering dipergunakan sebagai “laporan” “kejadian” atau “cerita”. Khabar sendiri merupakan bentuk historigrfi yang paling tua, dalam islam. Ciri-ciri Khabar : Di dalam penulisan sejarah ada tiga hal yang merupakan ciri khas bentuk khabar: a. A1. Di dalam khabar tidak terdapat adanya hubungan sebab akibat di antara dua atau lebih peristiwa-peristiwa. A2. Tiap-tiap khabar sudah melengkapi dirinya sendiri dan membiarkan saja cerita itu tanpa adanya hubungan referensi yang lain sebagai pendukungnya. A3. Jikalau sejarah disusun lebih dari satu khabar, maka letak dua khabar tersebut dapat menunjukkan suatu perpindahan sejarah dari satu daerah ke daerah lainnya, namun menurut kebiasaanya hal itu menunjukkan kemajuan waktu. b. B1. Biasanya cerita-cerita tentang perang. B2. Bentuk khabar mempergunakan cerita pendek, biasanya memeilih situasi dan peristiwa yang disenangi menyalahi kejadian yang sebenarnya.Peristiwa disajikan dalam bentuk dialog antara pelaku peristiwa. Menyajikan peristiwa perang dengan lengkap , namun peristuwa yang sebenarnya tetap menjadi terselubung. c. Bentuk khabar sebagai cerita-cerita pertempuran yang terus menerus, dan khabar juga penyajian secara puisi. Jarang sekali kita menemukan adanya sejarah tanpa adanya puisi. Jikalau pandangan dalam bahan-bahan khabar itu terlalu luas, mereka menghilangkan syair–syair agar terlihat libih pendek. Hal ini terlihat pada Al Ya’qubi yang menunjukkan kepada sejarah, membatasi puisi ini hanya beberapa baris saja. seperti karya Ibn al jauzi yang berjudul Sudur al-‘Uqud juga dipersingakat. Dapat disimpulkan bahawa didalam khabar, tidak terdapa sebab akibat, tidak adanya kronologi waktu, antara setiap berita tidak ada ketrkaitannya. Berisi syair-syair, dituliskan secara sanad, isinya pendek, khabar yang disampaikan pada awal itulah merupakan kondisi yang awal. Yang selajutnya ditulis secara implisit. Ilmuwan sejarah yang menulis dalam bentuk khabar ini diantaranya adalah, Abu Mihnaf Luth Ibn Yahya (w. 774 M) dan al-Haitsam Ibn ‘Adi (w. 821 M) yang karyanya berupa kumpulan monograf dalam bentuk khabar dan nasab. Juga terdapat nama ‘Ali Ibn Muhammad al-Madaini (w. 831 M) yang salah satu karyanya berjudul Al-Murdifat min Quraisy (Wanita Quraisy yang Poliandri). Bentuk khabar pada masa pra islam sudah berjalan, baik tradisi lisan maupun tulisan. Yang mana menjadi masalah kapankah khabar ini mulai dan dilakukan oleh orang-orang islam. Sejumlah litelatur islam, bibiolografi, kutipan-kutipan penulis tidak dapat membantu. Oleh karena itu karya-karaya permulaan tentang hitoriografi islam merupakan buku perorangan, atau buku-buku catatan sarjana. Pada saat kemajuan ilmu pengtahuan tentang islam didinasti Abasyiah muncul mograf-monograf yang banyak sekali mengenai peristiwa sejarah.salah satu contohnya yakni Ali Muhammad al-madani (wafat 831 M), menuliskan banyak pertempuran, peperangan, penkalukan yang dilakukan oleh kaum muslim saat itu. Tepatnya pada puncak abad 14, menunjukkan berkhirnya bentuk khabar karena saat itu para ilmuan-ilmua sejarah menginginkan runtutan sejarah atau urutan waktu yang jelas. Sehingga disebut analistik atau urutan tahun. 2. Bentuk analistik Analitik berasal dari bahasa Yunani yang kata dasarnya anno (tahun).Historiografi dalam bentuk analistik merupakan bentuk khusus penulisan sejarah dengan mempergunakan kronologis atau waktu. Di dalam kitab dicantumkan kejadian tiap-tiap tahun. Misalnya ditulis “Dalam tahun Pertama” atau “kemudian masuk tahun sembilan”, yang selanjutnya peristiwa-peristiwa dalam tahun-tahun tersebut dicantumkan satu persatu. Tapi tidak banyak mengemukakan sebab akibat. Penyajian dalam bentuk ini berkembang pada masa Al Thabari. Karya sejarahnya permulaan terbit pada dasawarsa pertama abad ke-10 M dan diteruskan sampai tahun 915 M. Walaupun karya Al Thabari ini merupakan karya terbesar yang mempergunakan bentuk analistik, namun menurut catatan para ahli bukanlah karya ini yang memulainya lebih dahulu. Para penulis muslim mencatat bahwa yang asli dan mula-mula melaksanakan bentuk seperti ini dimulai dalam bentuk kecil kemudian berkembang. Misalnya yang telah menulis karya sejarah sebelum Al Thabari dalam bentuk analistik ialah : a. Sejarah Khalifah ibn Hayyat yang ditulis sampai tahun 847 M kira-kira delapan tahun sebelum penulisanya meninggal dunia, ini juga dalam bentuk analistik yang memulai uraianya mengenai arti tarikh dan uraian singkat mengenai sejarah Muhammad pada permulaan hayatnya. b. Pada pertengahan kedua abad kesembilan M ada kitab sejarah dari Ya’qub ibn sufyan (wafat 891 M) juga ditulis menurut urutan tahun ditambah dengan kutipan-kutipan. c. Sejarah dari Ibn Abi Haithamah (wafat 893 M) juga menunjukkan fasal-fasal dengan urutan tahun walaupun terbatas bila dibandingkan dengan karya-karya lainya secara keseluruhan. Penulisan bentuk analistik, awalnya menggunakan klasifikasi tahun, sementara penyebutan bulan sangat sedikit. Terjadi pengecilan scope lintasan waktu, pada abad 14 dan 15 pasca Kristus, pengecilan itu mencapai hitungan bulan dan hari. Sedangkan kristalisasi historiografi seratus tahunan (seabad) berlaku sampai akhir abad ke-13 masehi. Untuk pertama kali, perkataan “qarn” (abad) muncul dalam judul yang berhubungan dengan abad itu, misalnya karya Ibn al-Fuwaithi dan Lisanuddin ibn al-Khatib. 3. Historiografi Dinasti Dinasti adalah kekusaan dari satu keturunan keluarga besar berdasarkan pada keturunan atau pertalian sauadara. Didalam dianasti dalam historiografi sudah tidak terdapat syair, ayat-ayat al-Qur’an dimnculkan, dan terdapat sebab akibat. Sejarah yang disusun secara analistik dalam islam yang secara keseluruhan terdapat ikatan kepada kekuasaan khalifah-khalifah dan penguasa-penguasa lainnya. Tambahan lagi biografi khusus sebagaimana biasanya ditujukan kepada penguasa tertentu apakah yang berhubungan dengan tahun naiknya ke singgahsana atau tahun kewafatannya. Biografi-biografi ini menekankan kepada kualitas moral dan etik penguasa-penguasa tertentu dan sering pula menyajikan uraian mengenai penampilan fisik. Urutan biasa yang dilakukan oleh penulis biasannya dari penguasa yang lebih dulu kemudian penguasa yang sedang berkuasa. Rancangan penguasa mengenai penyajian sejarah sudah sangat kuno dan secara luas dipergunakan. Hal ini diketahui dari timur klasik seperti historiografi Yunani. Byzantium. Di dalam bentuk Muslim, ditandai dengan keinginan khusus di dalam masalah-masalah administratif dan etik. Ini mungkin suatu tanda pengaruh historiografi nasional persia yang juga dipergunakan oleh penguasa, semenjak ahli-ahli sejarah persia muncul dengan prtimbangan etik penguasa dan administrasi politik yang merupakan unsur penting dalam sejarah. Biografi Muhammad permulaan berisi informasi seperti itu dalam bentuk khusus. Walaupun demikian, masih ada kemungkinan pengaruh persia, yang dapat dikembalikan pada masa Muhammad, masih dipergunakan disini. Perkataan “daulah” yang berarti peredaran dan pergiliran sebetulnya menjadi dasar kultural linguistik bagi penulisan model historiografi dinasti ini. Teori penggantian penguasa seperti pada masa al-Kindi, mengisyaratkan hal itu. Selain juga terdapat pengaruh yang besar dari budaya intelektual Persia dan Syiah. Perkataan daulah yang selalu disebut dalam buku dipergunakan dengan pergantian dinasti. 4. Pembagian Thabaqat Thabaqat artinya lapisan, transisi masyarakat dalam satu lapisa atau kelas di dalam pergantian kronologi generasi mudah untuk dilakukan.Pembagian Thabaqat ini aslinya dari islam dan merupakan pembagian kronologi yang lebih tua yang disajikan sendiri di dalam pemikiran sejarah muslim. Yang penting dalam karya Thabaqat ini ialah untuk memperoleh suatu gambaran yang nyata atau sebenarnya yang harus dicari dan diteliti seperti yang di contohkan. Di dalam karya Abu Ishaq Al Syirazi yang berjudul Thabaqat Al Fuqoha’ seseorang menginginkan sebanyak munkin informasi, sehingga dengan demikian memungkinkan mereka menepati biografi tertentu dalam suatu wilayah dan lokasi, dan bagi pembaca dengan muda dapat memperoleh informsi bografi seseorang. . Ahli-ahli leksikografi mencoba menetapkan ukuran panjang yang pasti dari thabaqat. Sebagian mereka menentukan suatu lapisan generasi itu 20 tahun sedang lainnya 40 tahun. Ada juga yang berpendapat thabaqat itu lamanya 10 tahun.Untuk memudahkan refrensi, sejarah bentuk biografi disusun dalam kelompok- kelompok( kelas) yang biasa disebut thabaqah. Thabaqat mencakup orang- orang yang telah wafat dalam waktu yang kira- kira sama. Dalam tradisi Islam sendiri, thabaqat merupakan sesuatu yang amat lazim. Terutama jika merujuk pada sejarah Muhammad; dalam lingkaran dan lintasan waktu perkembangan agama Islam, terdapat lapisan shahabat, tab’in, tabi’ al-tabi’in dan seterusnya. Cara alfabetis penyusunan biografi ini banyak memberikan kemudahan bagi generasi selanjutnya. Contonhnya dalam kitab al-Dibaj yang disusun oleh Ibn Farhun (abad 14 M), ulama-ulama Malikiyah diuraikan sesuai nama mereka, dan ini dibagi lagi ke dalam thabaqat kemudian thabaqat disusun menurut geografis. 5. Nasab Selama dua abad pertama periode islam hubungan famili yang sudah merupakan suatu yang sangat penting pada masa sebelum islam dalam masyarakat arab masih tetap berlaku. Selama abad kedelapan dan kesembilan Masehi ahli ahli filologi sejarah kuno pada saat yang sama juga ahli dalam bidang garis keturunan, Nasab atau silsilah adalah catatan silsilah keluarga. Bagi orang Arab, menjaga jalur keturunan, terutama bagi yang mempunyai nenek moyang tokoh terhormat menyebabkan mereka harus menuliskannya. Keuntungan posisi dan status sosial ekonomi kadang membuat orang menyalahgunakan nasab ini. Nasab, kemudian menjadi bentuk dasar bagi historiografi Islam. Selama abad kedelapan dan sembilan masehi, para ahli filsafat sejarah kuno, pada saat yang bersamaan juga merupakan ahli dalam bidang garis keturunan. Karya-karya mereka merupakan bentuk khabar yang berisi kumpulan berbagai kelompok kabilah (suku). Salah satu monograf yang berkenaan dengan garis keturunan yang mula-mula sekali adalah Kitab Hadzfu min Nasab Quraisy mengenai keluarga kecil suku Quraisy tidak termasuk nabi Muhammad yang disusun oleh Mu’arrij ibn ‘Amr al-Sadusi. Selain itu terdapat nama al-Zubair ibn Abu Bakkar (w. 870 M) yang menulis kitab berjudul Nasab Quraisy, walaupun kitab ini lebih banyak membahas budi pekerti orang Quraisy daripada pohon keluarganya. Sebuah kitab dari al-Baladzuri berupa biografi tokoh berjudul Kitab al-Ansab didominasi biografi khalifah. Bentuknya adalah khabar dan historiografi dinasti. Bentuk penulisan nasab ini ada dua. Terdapat bentuk pohon dan bentuk datar/lajur (mabsuth). Seorang sejarawan muslim India, Nizar Ahmed Faruqi dalam disertasinya berjudul Early Muslim Historiography (1979) menyatakan bahwa nasab merupakan salah satu sumber bagi penyusunan historiografi Islam. Kesimpulan: Historiografi Islam adalah penulisan sejarah yang dilakukan oleh orang Islam baik kelompok maupun perorangan dari berbagai aliran dan didalam masa tertentu. Tujuannya adalah untuk menunjukkan perkembangan sejarah baik di dalam pemikiran maupun maupun di dalam pendekatan ilmiah yang dilakukannya disertai dengan uraian mengenai pertumbuhan, perkembangan dan kemunduran bentuk-bentuk ekspresi yang dipergunakan dalam penyajian bahan-bahan sejarah. Dengan hal tersebut pemulaan penulisan historigrafi islam dimulai dari bentuk-bentuk dasar yaitu khabar, analistik, dinasti, thabaqat dan nasab . Daftar Pustaka: Umar Muin,Historigrafi Islam (Jakarta: Rajawali Pres,1987) http://jelajahsemesta.blogspot.com/2008/05/terpengaruh-budaya-non-arabbentuk-dasar.html

Tidak ada komentar: